Selasa, 28 Februari 2012

Sebuah Kesaksian Kesembuhan

Bukan setiap orang yang berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan! Akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak Bapa-Ku yang di sorga. Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepada-Ku: Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi nama-Mu, dan mengusir setan demi nama-Mu, dan mengadakan banyak mujizat demi nama-Mu juga? Pada waktu itulah Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal kamu! Enyahlah dari pada-Ku, kamu sekalian pembuat kejahatan! (Matius 7:21-23)

Kelihatannya banyak orang yang berseru kepada Tuhan dan mengadakan banyak nubuatan, menyembuhkan bahkan melakukan mujizat ternyata bukan dari Tuhan bahkan ditolak Tuhan, kalau begitu apakah mujizat terutama kesembuhan Ilahi masih dilakukan Tuhan sekarang? Penulis juga sering mengalami kesembuhan ilahi secara pribadi maupun keluarga, atau mendoakan orang lain, baik mendatangkan kesembuhan instan, gradual, ataupun tidak sembuh, dan dari pengalaman itu ada dua pengalaman tentang pembuluh darah yang bisa kita renungkan.
Pada medio 1988, anak penulis mengalami demam tinggi dan muntah-muntah. Ketika dibawa ke dokter langsung dimasukkan rumah sakit dan dari scanning diketahui terjadi perdarahan otak. Setelah pemotretan angiography dideteksi bahwa penyebabnya adalah kelainan formasi pembuluh darah halus otak yang bocor sejak bayi dan biasanya baru diketahui setelah terjadi perdarahan (AVM = Arterio Venous Malformation). Setelah pengobatan konvensional diberitahukan bahwa pembuluh halus yang bocor itu bisa setiap waktu mangalami perdarahan lagi secara fatal bak bom waktu! Kelainan pembuluh otak harus dioperasi dan biayanya mahal dan itupun kala itu hanya bisa dilakukan di Amerika, Eropah atau Jepang. Saudara ipar di Amerika siap membantu bedah otak asal bisa kesana, saudara ipar bendahara Yabina yang neurolog di Nederland ingin mengusahakan disana, dan dokter bedah saraf otak Satyanegara mengusulkan di Kyoto, semuanya membutuhkan dana besar.
Menghadapi ini penulis mempertanyakan Tuhan mengapa penulis yang telah meninggalkan dunia sekular untuk melayani harus menyediakan dana begitu besar, yang tidak menjadi masalah kalau berpraktek arsitek? Dalam situasi demikian penulis sekeluarga berdoa dengan tekun mohon mujizat Tuhan. Heran pada malam Natal 1988 ada informasi di TVRI bahwa ada tehnik pengobatan baru yang tanpa operasi tapi dengan kateterisasi (dengan menyemprotkan zat penyumbat ke bocoran) yang kala itu belum dikenal di Indonesia, informasi mana segera diminta melalui TVRI dan dokter di Amerika Serikat yang ditayangkan TVRI. Mujizat lain terjadi karena kawan dokter tadi yang lebih senior dari Paris akan mendemonstrasikan penemuan baru itu di Singapura! Pada bulan Oktober 1989 pengobatan dijalankan dengan berhasil di General Hospital dan National University Hospital. Mujizat ini bukan usaha manusia tetapi anugerah Allah! Kesembuhan ini disaksikan di majalah Panasea (Maret 1990).
Enam mujizat dialami, yaitu: (1) Tidak perlu dibedah otak tapi dengan tehnik kateterisasi saja; (2) Pengobatan dilakukan di Singapore yang dekat; (3) Dirumah sakit pemerintah yang murah; (4) Mendapat potongan 50% biaya dokter; dan (5) Ada spontanitas teman yang punya apartemen di Singapore untuk ditempati; dan (6) Ada teman yang mencukupi biaya operasi (malah lebih hingga bisa dikembalikan setengahnya). Dari keseluruhan ini biaya yang dikeluarkan hanya sekitar 15% saja dari kalau dibedah otak secara konvensional. Sekalipun dokter menyuruh 6 bulan kembali ke Singapore untuk check-up, penulis tidak kesana karena yakin Tuhan sudah menyembuhkan secara total, dan saat ini sudah 17 tahun lewat dimana si anak yang kala itu masih di SMP bisa berhasil menyelesaikan S-1nya, bahkan sudah setahun ini mencoba bermukim dinegeri dingin tanpa biaya orang tua. Puji Tuhan!
Lain lagi pengalaman penulis. Di tahun 2002 sering dirasakan rasa sakit di dada yang makin kerap terjadi, bahkan ketika melayani di Semarang dirasakan tiga kali rasa sakit dalam waktu 2 hari! Sekembali ke Bandung langsung ke dokter dan di threadmill dan malam itu juga disuruh ke dokter di Jakarta, dan besoknya langsung di kateterisasi, terjadi penyempitan di beberapa tempat dan harus dibalonisasi (tidak di by-pass). Penulis berdoa mohon mujizat kesembuhan Tuhan tetapi Tuhan tidak memenuhi permintaan, itu berarti pembuluh darah jantung harus dibalonisasi. Sementara menunggu dokter yang dua minggu mengikuti seminar di mancanegara dengan istirahat yang cukup sambil doa tetap dipanjatkan dan 10 pelayanan dalam waktu tiga bulan kedepan terpaksa dibatalkan termasuk undangan ke Pematang Siantar, Medan, Serukam, Denpasar, dan Australia.
Mengapa Tuhan tidak menyembuhkan secara ajaib kasus pembuluh darah yang sama padahal anak penulis bisa mengalaminya dan malah 10 pelayanan harus dibatalkan? Rupanya Tuhan punya rencana lain dan mendidik penulis karena selama ini kurang menjaga kesehatan dan keenakan ditraktir jemaat sering makan makanan berlemak (kasus kolesterol mulai mencuat ketika pulang dari mengikuti Billy Graham School of Evangelism 1997 dan mampir ke LA dan dijamu dan menghabiskan satu piring besar kepiting). Sudah 30 tahun penulis melayani dengan non-stop dan belum pernah cuti dan baru kali ini bisa berdiam diri selama 3 bulan untuk mengevaluasikan pelayanan dan setelah dilakukan balonisasi bisa mempersiapkan beberapa buku baru dan pelayanan melalui internet dan sesudahnya dirasakan kesehatan yang jauh lebih prima dari sebelum balonisasi sehingga pelayanan meningkat! Di tahun 1995 penulis berjalan di The Great Wall dan hanya kuat berjalan di tembok miring itu sejauh 200 meter saja dan sekarang seminggu tiga kali bisa berjalan 4 Km di jalan miring pegunungan.
Penulispun beberapa kali diminta mendoakan orang-orang yang sakit parah dan dalam kondisi tidak tersembuhkan. Dalam situasi demikian penulis sering mendoakan mereka dan meminta Tuhan mendatangkan mujizat kesembuhan yang tuntas tetapi jikalau Tuhan berkenan hendaklah Tuhan memanggil si penderita karena penderitaan penderita dan keluarganya sudah tidak tertanggungkan. Mengherankan beberapa di antara mereka benar-benar dipanggil Tuhan dalam beberapa hari sesudah didoakan, padahal mereka sudah berstatus hidup tidak matipun tidak selama berbulan-bulan! (Ada penginjil penyembuh yang men sugesti jemaat agar tetap mendoakan dengan iman menuntut Tuhan menyembuhkan sambil menumpangi jenazah isterinya!)
Yesus tetap sama dari dahulu sampai sekarang, dan Yesuspun banyak menyembuhkan orang tetapi tidak semua disembuhkan dan tidak melakukan penyembuhan massal. Ia dikerumini banyak orang yang memegang jubahnya dan hanya seorang yang disembuhkan, Ia menyembuhkan 10 orang berpenyakit kusta dan hanya seorang yang memiliki hubungan iman dengan Dia, dan menurut Yesus, orang buta yang disembuhkan bukan buta karena dosa orang tua atau dosanya sendiri tetapi agar firman Tuhan dinyatakan!
Paulus juga melakukan pelayanan kesembuhan dan Timotius disembuhkan olehnya tetapi Trofimus ditinggalkan dalam keadaan sakit, bahkan Paulus sendiri mengalami sakit tubuh (Gal.4:13) dan tiga kali meminta doa kesembuhan tetapi tidak disembuhkan dan dijawah Yesus: dalam kelemahanlah kuasa-Ku menjadi sempurna. (2Kor.12:7-10). Rasul Paulus justru merasakan ketidak sembuhannya sebagai kasih karunia Tuhan yang mengingatkannya agar meninggikan diri dan mengandalkan kekuatan diri sendiri!
Lalu bagaimana dengan praktek kesembuhan ilahi pada masa kini? Umumnya: (1) Konsep penebusan yang ekstrim dan keliru yang menganggap bahwa penebusan Kristus memulihkan tubuh manusia dari sakit-penyakit dan kematian; (2) Kesembuhan ilahi masakini sudah banyak disusupi praktek perdukunan/new age (words of faith) yang menekankan hubungan sebab akibat bahwa beriman pasti sembuh kalau tidak beriman tidak sembuh, ini menjadikan banyak yang tidak sembuh frustrasi dan putus asa karena merasa ditolak Tuhan (bukan kebetulan bahwa para penginjil Words of Faith menganggap manusia = allah-allah kecil ); (3) Para penginjil kesembuhan masakini menjadikan kesembuhan sebagai promosi utama demi popularitas berpusat diri dan memperkaya diri, dan menempatkan kesembuhan sebagai prestasi sipenginjil dan ketidak sembuhan sebagai kesalahan sipenderita yang dianggap kurang beriman; dan (4) Kejahatan seperti penipuan dilakukan banyak penginjil penyembuh yang umumnya memperkaya diri dan hidup mewah dan menjadikan doa dan kesembuhan sebagai komoditi, menipu jemaat dengan hipnose massa dan trik-trik promosi kesembuhan, dan menyihir jemaat memberikan persembahan. Semua ini jauh berbeda dengan rasul Paulus sendiri yang tidak disembuhkan padahal ia adalah pahlawan iman dan menekankan konsep iman yang membuat banyak orang bertobat, dan menyerahkan kemuliaan kepada Tuhan.
Banyak media sekuler sudah menyorot mal-praktek dikalangan penginjil penyembuh yang lebih banyak menghasilkan kesembuhan semu karena sugesti dan menolak adanya pemeriksaan medis atas mereka yang dianggap sembuh, KKR kesembuhan ilahi masakini lebih merupakan penyajian teatrikal dengan hipnose massa, jadi dapat dimaklumi kalau adanya kesembuhan-kesembuhan sugestif yang kemudian dirasakan beda kalau seseorang sudah keluar dari situasi ibadat massal yang memukau itu. Memang tidak bisa dibantah bahwa KKR demikian bisa mendatangkan kesembuhan, tetapi kesembuhan perdukunan bukankah termasuk yang disalahkan Tuhan Yesus pada ayat di atas? Tidak juga mustahil adanya orang yang benar-benar memiliki hubungan iman pribadi yang erat dengan Tuhan dan disembuhkan saat ia memohon dalam suasana KKR, dengan iman yang sama ia sebenarnya bisa disembuhkan kalau berada di gereja yang sepi. Kesaksian penulis diatas terjadi mula-mula dirumah dan penulis adalah anggota gereja yang tidak biasa dengan ibadat kesembuhan ilahi.
John Sung juga melakukan kesembuhan ilahi, tetapi berbeda dengan penginjil masakini, John Sung menekankan percaya kepada Yesus dan pertobatan sehingga membuat seorang yang beristeri muda bertobat dan kembali kepada isteri sahnya, dan pertobatan seorang konsul yang akhirnya membentuk sekolah Alkitab yang sekarang sudah menghasilkan ribuan hamba Tuhan. Ia mendoakan secara khusus orang-orang dengan sering meminta foto mereka untuk diingat dan ia tidak memperkaya diri karena keluarganya sering hidup dalam kekurangan, bahkan gelar doktornya dibuang dan tawaran sebagai direktur perusahaan mesiu ditolak demi menjadi berkat sebagai pelayan kerajaan Allah.
Lepas dari semua itu, gereja-gereja memang harus meminta kuasa Tuhan dalam penyembuhan sakit-penyakit di kalangan jemaat gereja, dan para penginjil yang banyak berpraktek kesembuhan ilahi agar memikirkan ulang prakteknya dan tidak mengulangi kesalahan para penginjil kesembuhan yang banyak menipu jemaat, dan kembali menjalankan doa kesembuhan yang tidak palsu yang tidak dikarenakan hipnose massa dan kekuatan batin iman penderita dan sugesti penginjil yang mempraktekkan perdukunan, melainkan dengan doa disertai iman, dan berharap Tuhanlah yang menyembuhkan atau tidak menurut kehendak-Nya dan bukan menurut kehendak manusia!

Sebuah Cerita Kecil

Siang hari ini terasa panas sekali. Duduk sendirian di dalam bus kota PPD Patas 2 jurusan Cililitan Kota. Walaupun penumpangnya bisa dihitung dengan jari dan hampir semua jendela yang ada di bis ini terbuka tetap saja udara panas di dalam bis tidak berkurang.Terlebih lagi kemacetan yang menggila di jalan Hayam Wuruk semakin membuatku pusing dan berkeringat.



Hari ini merupakan hari penting dalam hidupku karena hari ini aku mengikuti test masuk kerja. Setelah tamat STM Pembangunan enam bulan lalu. Aku sibuk mengirimkan surat lamaran ke berbagai perusahaan. Entah berapa puluh surat lamaran dan puluhan ribu rupiah ku habiskan untuk mengirim surat lamaran ke berbagai perusahan.
Selama enam bulan penantian tersebut. Baru kali inilah ada surat panggilan buatku. Surat panggilan itu berasal dari sebuah bengkel mobil yang berlokasi di kawasan kota. Bengkel itu tidaklah besar tapi mempunyai pelanggan yang banyak. Hal itu tampak dari jejeran mobil yang berada ditempat pakiran bengkel tersebut. Aku baru mengetahuinya setelah berada di lokasi tersebut.
Sebelum berangkat menuju ke test kerja. Malam harinya aku berdoa kepada Tuhan Yesus. â€Å“Tuhan Yesus, besok saya akan melakukan test kerja. Berilah hal yang terbaik bagi saya. Terima kasih Tuhan Yesus. Amin, itulah doaku. Aku berdoa singkat-singkat saja karena tidak pandai berdoa. Aku yakin Tuhan Yesus juga sudah tahu maksudku.
Berbekal ijazah dan surat panggilan kerja. Aku mendatangi bengkel mobil itu. Ada sekitar 15 pelamar lainnya yang mengikuti panggilan kerja tersebut. Aku mendapat nomor antrian 9. Belum sampai nomorku dipanggil wawancara, seorang pekerja dalam bengkel tersebut mengatakan bahwa 3 asisten montir yang dibutuhkan telah diperoleh.
Aku gagal mendapat kerja. Padahal belum juga dipanggil untuk diwawancarai. Menghilangkan perasaan kesal dalam diri. Aku pergi ke warung kecil tak jauh dari bengkel tersebut dan meminum the dingin. Secara kebetulan aku mendengar obrolan orang bengkel kalau yang diterima kerja masih ada hubungan saudara dengan pemilik bengkel.
â€Å“Ah, sial, gerutuku dalam hati. Tampaknya Tuhan Yesus tidak mau mendengar doaku. Terbayang dalam mataku, wajah ibuku yang sudah menjanda sejak aku kecil. Ia berjuang dengan jualan kue untuk memenuhi kebutuhan anak-anaknya. Walaupun hanya berjualan kue, ibuku bisa membawaku tamat STM dan adikku bersekolah di SMP. Padahal cita-citaku, ingin membantu ibu dan membiayai adikku sekolah. Keinginanku gagal. Akupun segera naik bis PPD Patas 2 ke arah Cililitan,
Nanti, aku akan turun di Otista dan berjalan kaki selama 20 menit menuju rumahku. Di tengah jalan yang macet ini. Naiklah seorang anak kecil tukang penjual koran. â€Å“Koran koran koran, teriaknya sambil berjalan dilorong yang ada dalam bis tersebut. Ia menyodorkan koran tersebut kepadaku. Aku menolaknya.Aku tidak butuh koran karena uangku pas-pasan.
Anak kecil penjual koran turun dari bis. Ia pergi keliling sekitar bis menawakan dagangannya. Bisa yang kutumpangi tetap tidak beranjak karena jalanan disepanjang jalan Hayam Wuruk macet total.
Eh anak kecil penjual koran itu naik lagi. Koran koran koran ia masih menjajakan dagangannya. Tetap saja penumpang dalam bis ini tidak ada yang mempedulikannya. Ia menghampiriku dan setengah memaksa untuk membelinya. Aku tetap tidak mau membelinya. Anak itupun turun dari bis.
Tidak lama kemudian tukang koran yang sama naik dari pintu depan dan menawarkan koran kepada penumpang. Aku melihatnya dan timbul perasaan iba. Aku berandai-andai, seandainya ia bernasib sama denganku. Keuntungan jualan Koran ini digunakan untuk biaya hidup, mungkin untuk uang sekolahnya. â€Å“Mungkin nasib kita sama, ujarku dalam hati.
Anak itu kembali ke tempatku dan menyodorkan koran Pos Kota ke pangkuanku. Akupun terpaksa merogoh kantung untuk mengeluarkan beberapa uang logam seharga koran tersebut. Ia pun mengucapkan terima kasih dan tersenyum padaku. Anak itu turun dari bis dan tidak pernah lagi.
Di rumah setelah melepaskan lelah. Aku membaca berita yang ada di koran itu. Aku melihat sebuah iklan tentang sebuah lembaga pendidikan yang menerima siswa dengan bea siswa selain itu langsung bekerja di instansi tersebut. Kebetulan lembaga ini mencari siswa dari STM untuk di didik bagi kepentingan instansi tersebut.
Iseng-iseng, aku mengirim lamaran menjadi siswa di lembaga pendidikan tersebut. Beberapa minggu kemudian, datang surat dari lembaga pendidikan ini. Aku diminta mengikuti test seleksi. Akupun memenuhi panggilan test tersebut.Ternyata aku lulus test yang terbaik dan berhak mengikuti pendidikan di lembaga itu.
Setelah di didik selama tiga tahun. Aku menjadi lulusan terbaik dan diterima di instansin tersebut. Gaji yang ku peroleh bisa memperbaiki kehidupan keluargaku bahkan adikku bisa kubiayai hingga tamat kuliah.
Terkadang aku terpikir akan kejadian diatas bis dulu. Mungkin aku salah sangka (berdosa) dengan mengecam Tuhan Yesus yang tidak mendengar doaku agar di terima di bengkel itu. Ternyata Tuhan Yesus mendengar doaku dan ia telah berencana akan hidupku serta jalan apa yang harus kulalui. Mungkin anak kecil penjual koran itu, malaikat yang menyamar untuk menolong diriku.
Pernah aku menyusuri jalan Gajah Mada dan Hayam Wuruk untuk mencari anak kecil itu. Tapi tidak bisa ketemui. Kini aku menyadari bahwa manusia bisa berencana dan berharap tapi Tuhan Yesus telah mempunyai rencana sendiri bagi diri kita. Amin.

Kamis, 09 Februari 2012

Kesaksianku


Nama saya Yohana Cahyadi. Melalui kesempatan ini saya ingin memberikan kesaksian hidup dari mama saya. Saya anak pertama dari 4 bersaudara. Saya lahir dari seorang mama yang mengasihi Tuhan. Dari kecil saya sudah dididik untuk mengasihi dan melayani Tuhan. Mama pun juga adalah seorang yang melayani Tuhan dalam gereja.
Kejadian ini bermula pada tanggal 3 Juli 2010, di mana mama divonis dokter mengidap kanker usus stadium 4 dan sudah menyebar ke bagian paru-paru, rahim dan bagian lainnya. Keadaan demikian membuat mama dan keluarga kehilangan semangat. Saya bertanya pada Tuhan kenapa mama seorang yang mengasihi dan melayani Tuhan bisa mengalami hal yang demikian. Namun di tengah kondisi yang demikian kami tetap datang pada Tuhan.
Pada saat itu mama mengatakan bahwa Tuhan tidak pernah salah, rancangan-Nya adalah yang terbaik. Kata-kata itulah yang membuat saya sekeluarga kembali dikuatkan. Setelah divonis demikian akhirnya pihak keluarga sepakat agar mama mengambil langkah kemotherapy. Pada masa kemo saya dapat melihat bahwa Tuhan yang saya miliki adalah Tuhan yang setia yang menyediakan semua keperluan mama untuk pengobatan. Kami sekeluarga bukan keluarga yang kaya, namun untuk keperluan pengobatan mama selalu aja tercukupi tepat pada waktunya.
Pada saat itu keluarga mulai melihat sedikit pengharapan supaya mama dapat sembuh. Namun setelah kemo yang ketiga ditemukan tumor besar pada bagian otak belakang mama. Tumor ini menjepit syaraf otak sehingga mama merasakan sakit di kepala seperti ditusuk jarum. Saya baru pertama kali melihat mama menangis karena menahan sakit. Saat itu mama menangis karena tidak kuat menahan sakit demikian, namun saat kondisi demikian mama tetap memanggil Tuhan Yesus. Dalam kondisi demikian tidak ada satu pun kata yang keluar dari mulut mama yang menyalahkan Tuhan. Mama selalu berkata jalan Tuhan itu benar. Ada sebuah nyanyian berkata, "Sandar Yesus, mesra, nyaman, alami kuasa darah; iman sederhana saja, semua sakit sirnalah." Mama mengalami pujian ini. Setiap ada saudara/saudari menjenguk, mama malah menghibur dan menguatkan saudara/saudari melalui doanya.
Hari demi hari dilewati mama dengan terus bersandar pada Tuhan. Banyak kenalan yang tidak percaya ketika diberitahu kondisi mama yang kanker stadium 4 karena memang badan mama tidak terlihat seperti orang yang memiliki sakit yang mengerikan itu. Hanya saja memang mukanya terlihat pucat. Satu hari sebelum mama meninggal, mama masih sempat mendorong anak rohaninya untuk tetap setia mengikut Tuhan. Bahkan di saat terakhirnya mama menyanyikan sebuah lagu yang berkata, "Aku mengasihi Engkau Yesus dengan segenap hatiku." Saudara/saudari inilah Tuhan yang kita miliki di dalam kita. Meskipun kita berada dalam situasi sulit asalkan kita datang kepada-Nya, belajar bersandar pada-Nya, Tuhan bisa kita alami secara riil. Banyak pelajaran rohani yang mama ajarkan kepada saya selama ia sakit. Satu hal yang paling berharga yang dia ajarkan kepada anak-anaknya adalah imannya. Saya sungguh bersyukur atas kesaksian hidup seorang mama yang Tuhan berikan untuk saya.

Air Mata Tuhan


Apakah arti Natal? Jika saya memberikan jawaban Natal adalah hiburan, maka banyak orang mungkin tidak akan setuju. Hanya saja disetujui ataupun tidak faktanya memang menunjukkan bahwa Natal adalah hiburan. Cobalah kita tengok tawaran-tawaran tentang Natal, pastilah semua berkaitan dengan acaranya. Di Mall, ada acara apa di sana? Di Rumah Makan, ada acara apa di sana? Di hotel, ada acara apa di sana? Di diskotik, karaoke, semua membuat acara yang dikaitkan dengan Natal. Acara yang paling sederhana adalah dengan memberikan “Christmas discount”. Acara yang lebih “hebat” lagi tentulah masih banyak. Pada saat membuat tulisan ini, ada sms masuk menawarkan Christmas Dinner dengan tema “An Unforgettable Christmas”, indah bukan tawarannya, tapi apa hubungannya makan malam dengan kelahiran Kristus? Tidak berhubungan sama sekali. Berbicara tentang acara maka ini identik dengan hiburan apa dari acara tersebut, jika tidak menghibur itu bukan acara yang baik. Tidaklah heran apabila artis-artis membuat pertunjukkan dengan tema dikaitkan dengan Natal, walaupun isinya tidak berkaitan sama sekali. Film-film diluncurkan berkaitan dengan liburan Natal, bahkan jika saya tidak salah ingat, salah satu sekuel film Harry Potter pernah ditayangkan perdana dalam rangka liburan Natal. Mall-mall di hias dengan indah luar biasa, lampu berkerlap-kerlip, memberikan tontonan mata pada pengunjung. Jadi jika saya mengatakan Natal adalah hiburan nampaknya tidak salah.
Bagaimana dengan Natal di gereja? Jika saya katakan bahwa Natal di gerejapun adalah hiburan, mungkin banyak orang menjadi tersinggung dan marah. Hanya saja marah ataupun tidak, fakta menunjukkan Natal di gerejapun lebih banyak unsur hiburannya daripada maknanya. Saya menyaksikan sebuah “iklan” tentang perayaan Natal. Dalam video klip ditayangkan betapa hebatnya acara tahun yang lalu, lalu ada tulisan “KITA SUDAH LAKUKAN TAHUN YANG LALU, SEKARANG KITA AKAN LAKUKAN LAGI”. Saya merasakan pesan yang ingin disampaikan adalah tentang kemeriahan, pesta, glamornya, dan sekarang kita akan berpesta kembali. . Bagaimana seriusnya panitia dalam mempersiapkan “pertunjukan” bisa dipantau pada saat melakukan tata rias dan kostum. Rias wajah memanggil penata rias artis, mereka berjam-jam sebelum pertunjukkan (bahasa rohaninya pelayanan) sudah harus hadir untuk mendapatkan rias wajah dan kostumnya wah sangat mewah. Jadi Natal adalah hiburan. Apakah panitia melakukan kesalahan? Nampaknya tidak, karena saya bertanya kepada orang-orang muda, apa yang berkesan dari sebuah perayaan Natal? Jawabannya adalah dramanya, karena banyak ketawanya, lucu, menghibur. Secara “supply and demand” sudah cocok, menurut teori pemasaran sangat tepat. Jangan mengkritik untuk hal demikian, karena pandangan orang bisa berbeda. Bagi orang yang suka perayaan Natal yang penuh dengan hiburan ini sangat lumrah, bukankah Natal adalah sukacita dan sukacita adalah kemeriahan, pesta. Jika mengkritik malah bisa dikatakan sebagai orang yang tidak toleran dan tidak tahu bersukacita, bahkan mungkin balik dikritik. Pernah untuk sebuah acara, seorang pendeta berkata di atas mimbar, “Aneh ya, kita semua sukacita, tapi orang itu kritik kita, acaranya memboroskan uang, padahal dia tidak memberi persembahan”. Ada orang yang mengingatkan, malahan dianggap aneh, di kritik balik bahkan di atas mimbar. Pada saat gedung gereja disesaki banyak orang, saya jadi berpikir, seandainya Justin Bieber mengadakan acara pada tanggal dan jam yang sama dengan perayaan Natal dan tiketnya juga gratis, apakah masih ada orang mau datang ke tempat ibadah? Mungkin masih ada tapi akan lebih banyak orang pergi ke konser Justin Bieber, alasannya Justin tidak setiap tahun ke Bandung (penulis tinggal di Bandung), tapi perayaan Natal setiap tahun, jadi masih ada tahun depan. Kalau boleh saya memberi saran, acara perayaan Natal silakan lakukan apa saja, tapi jika fokus kita hanya pada acara, suatu saat acara ini akan ditinggalkan orang juga karena ada yang lain lebih menarik.
Saya teringat dengan kisah Raja Salomo pada saat membangun Bait Suci, 480 tahun setelah keluar dari Mesir (I Raja-Raja 6). Ini adalah peristiwa yang penting dan sangat dinantikan oleh bangsa Israel. Bait Suci yang dibangun Salomo adalah sangat luarbiasa megah dan mahal, lebih hebat dari Cristal Cathedral di Amerika Serikat. Salomo membangun Bait Suci selama 7 tahun. Pada saat pentahbisan Bait Suci, Salomo mempersembahkan 22 000 ekor lembu sapi dan 120 000 kambing domba (I Raja-Raja 8:63), secara tepat saya tidak tahu harga seekor sapi dan domba, tapi dari perkiraan, biaya untuk hewan itu pada saat ini berkisar 250-300 milyar rupiah. Orang Israel mengadakan perayaan selama 7 hari. Sangat luar biasa dan hebat. Apa respon Tuhan terhadap semua ini? Tuhan menerima semua ini (I Raja-Raja 9:3), adakah pujian dari Tuhan atas semua kemegahan ini? Tidak ada, bahkan Tuhan melanjutkan dengan sebuah peringatan yang keras. Jika Salomo dan anak-anaknya tetap beribadah kepada Tuhan, maka kerajaan Israel akan tetap berdiri, namun jika Salomo dan anak-anaknya berpaling dari Tuhan maka orang Israel akan di buang dari tanah perjanjian dan Bait Suci akan dihancurkan (I Raja-Raja 9:4-9). Sebuah peringatan yang menusuk ke dalam jiwa diberikan oleh Tuhan. Pada waktu membaca bagian ini, saya gemetar, ternyata Tuhan tidaklah “haus” dengan pujian. Usaha-usaha hebat dan megah yang dilakukan manusia, tidaklah membuat Tuhan lebih mengasihi dan mengagumi manusia. Perayaan-perayaan manusia tidaklah menggetarkan hati Tuhan, bahkan Dia memberikan peringatan sangat keras.
Pada bagian lain, saya teringat akan kisah perumpamaan tentang domba yang hilang dan dirham yang hilang (Lukas 15:1-10). Di bagian akhir dari perumpamaan ini Tuhan Yesus memberikan pesan, “AKAN ADA SUKACITA DI SORGA, KARENA SATU ORANG BERDOSA YANG BERTOBAT…..ayat 7, …..AKAN ADA SUKACITA PADA MALAIKAT-MALAIKAT ALLAH KARENA SATU ORANG BERDOSA YANG BERTOBAT…ayat 10”. Inilah yang akan menggetarkan sorga, pertobatan orang berdosa. Bukan perayaan-perayaan yang menghibur dan hebat karena bagi Tuhan semua itu tidaklah berarti apapun.
Kembali kepada pertanyaan apakah arti Natal? Natal adalah air mata Tuhan, apa maksudnya? Apakah Tuhan sedih dengan peraayan-perayaan Natal yang kehilangan makna, mungkin ya, tapi saya ingin kita melihat lebih jauh dari itu. Air mata Tuhan di sini, bukanlah berbicara tentang seseorang yang sedih karena kehilangan sesuatu, tapi berbicara tentang kesedihan sehingga harus melakukan sesuatu.
Kita lihat sebuah ayat yang sangat menjelaskan tentang air mata Tuhan, Yohanes 3:16…”KARENA BEGITU BESAR KASIH ALLAH AKAN DUNIA INI, SEHINGGA IA TELAH MENGARUNIAKAN ANAKNYA YANG TUNGGAL, SUPAYA SETIAP ORANG YANG PERCAYA KEPADANYA TIDAK BINASA, MELAINKAN BEROLEH HIDUP YANG KEKAL”.
Allah adalah Kasih, hal ini yang membawa Tuhan datang ke dalam dunia. Pada saat manusia jatuh ke dalam dosa Tuhan langsung membuat Proklamasi, bahwa akan ada keturunan manusia yang mengalahkan si jahat (Kejadian 3:15). Pada saat proklamasi ini air mata Tuhan sudah jelas nampak, Dia sedih karena manusia kehilangan hubungan dengan dengan penciptanya, oleh karenanya Allah harus bertindak.
Sedikit ilustrasi tentang kasih dan air mata, pada saat seorang bayi berusia beberapa bulan, seringkali bayi itu menangis di tengah malam karena lapar atau pakaiannya basah oleh air seni. Dalam keadaan seperti itu sangatlah tidak mungkin apabila ibunya bangun, kemudian sambil tertawa berkata,”wah lucunya anak saya tengah malam mau minum susu” atau ”aduh….lucu sekali…ngompolnya banyak”. Jika orang waras tidak akan berkata seperti demikian, yang mungkin dikatakan adalah,”Tuhan kuatkan saya”, karena ibu itu sudah lelah, ” sabar ya nak, mama buatkan susu, tapi mama cape, jadi mama buatnya agak lama, sabar ya”, demikianlah ibu itu berkata berulang-ulang, dan jika sangat lelah, mungkin ibu itu membuat susunya sambil berlinang air mata, tapi dia rela, karena apa? Karena kasih.
Cerita lain, seorang anak sakit, pada saat bersamaan ayahnya hanya memiliki uang untuk satu hari di depan. Ayah ini tidak akan tertawa terpingkal-pingkal berkata,”Lihat, uang aku tidak punya dan anakku sedang sakit”. Ayah yang waras tidak akan seperti demikian. Apakah ayah ini akan membiarkan anak yang sedang sakit tanpa membawanya ke dokter? Tentu saja tidak, dia dengan gagah akan mengatakan, “ Mari kita berobat supaya engkau sembuh”. Padahal hatinya hancur, bahkan air mata menetes, karena tidak tahu apa yang harus diperbuat untuk esok hari, karena apa? Karena kasih.
Dari 2 cerita ini, kondisi si ibu dan ayah sangat ekstrim, tapi saya ingin menggambarkan itulah kasih dengan air mata. Pada saat manusia jatuh ke dalam dosa, ini masalah serius, Tuhan tidak menganggap sebuah lelucon, Dia tidak sedang mentertawakan manusia, tapi sebaliknya sedang mencucurkan air mata. Tuhan sedang melihat manusia yang tanpa pengharapan dan harus ditolong. Karena kasihlah Dia pergi ke tempat manusia yang dikasihinya yang akan menolaknya. Jikalau kita tahu bahwa suatu daerah terkena wabah penyakit berbahaya, dan jika kita pergi ke sana pasti akan tertular? Apakah masih mau pergi? Pastilah kita tidak akan pergi. Yesus tidak demikian, Dia meninggalkan sorga untuk menanggung penyakit Anda dan saya. Kasih dengan air mata bercucuran adalah kasih yang habis-habisan ingin melakukan sesuatu untuk orang lain. Pada waktu dalam taman Getsemani, di sanalah kita bisa melihat kasih yang bercucuran air mata dari Tuhan. Di dalam doanya Ia berkata…Jikalau mungkin cawan ini lalu…., Yesus dapat membuat cawan itu berlalu, tapi itu artinya manusia tetap tanpa pengharapan. Dan Yesus menerima cawan itu….supaya ada pengharapan bagi manusia, sehingga di atas kayu salib Dia berkata, “Sudah genap”.
Natal bukanlah hiburan, tontonan, lelucon, tapi bukti keseriusan Allah, karena kasihNya maka Dia datang ke dalam dunia. Jadi alangkah naifnya kita, jikalau dalam merayakan Natal tidak memahami keseriusan Allah, kita hanya mau merayakan Yesus menurut gaya dan cara berpikir manusia. Seharusnya di dalam merayakan Natal maka kita menangisi diri sendiri, karena kitalah maka Dia datang. Jikalau kita tidak berdosa maka Allah tidak perlu menanggung penderitaan. Masih inginkah kita berpesta pada saat Natal?
Pada saat Natal kita bisa mengguncang sorga dengan cara membawa jiwa-jiwa yang bertobat. Jadi jika ada drama, maka drama itu harus membuat orang bertobat. Jika paduan suara menyanyi maka harus ada yang berobat. Jika menaikkan pujian, maka hendaklah pujian itu membawa orang bertobat. Jika berkhotbah, kabarkan firman yang membuat orang bertobat. Karena air mata Tuhan, Dia hadir ditengah-tengah umat manusia, maka kita bisa merayakan Natal, biarlah sukacita kita dalam meresponnya adalah sebuah tindakan yang menggoncang sorga. Selamat Natal 2011.
Catatan: istilah air mata Tuhan adalah perumpamaan tentang kasih yang berkorban, bukan dimaksudkan secara hurufiah Tuhan yang cengeng dan menangis.

Minggu, 05 Februari 2012

Menjadi Pemecah Masalah


Dalam hal masalah hidup pada dasarnya ada 2 jenis manusia :
(a) Troublemaker = biang kerok/ pembuat masalah
Ini biasanya adalah orang-orang yang terluka, yang suka cari gara-gara. Masalah kecil sering mereka besar-besarkan.
(b) Problem solver = pemecah masalah
Ini adalah tipe yang matang, yang suka mendamaikan suasana dan mencari jalan keluar dari setiap permasalahan yang ada. Tipe ini suka membuat masalah besar menjadi kecil, masalah kecil menjadi tidak ada!
Salah satu tokoh alkitab yang merupakan tipe problem solver adalah Yusuf. Kita akan melihat bagaimana Yusuf mengatasi masalah demi masalah yang dihadainya dengan sukses.
Seni Mengatasi Masalah Hidup
Setiap hari kita menghadapi masalah hidup yang beragam. Jadi masalah selalu ada, yang penting adalah bagaimana kita merespon masalah itu. Kita akan belajar dari Yusuf tentang hal ini.
Inilah daftar permasalahan besar yang dihadapi Yusuf:
1. Menghadapi kecemburuan dan iri hati
Masalah besar pertama yang dihadapi Yusuf adalah rasa iri hati dari saudara-saudaranya. Hal ini terjadi karena beberapa sebab:
(a) Ia merupakan anak favorit ayahnya (Kejadian 37:3)
Entah kenapa Yakob lebih mengasihi Yusuf dibanding ke 11 saudaranya yang lain. Ia memperlakukan Yusuf secara berbeda. Terbukti ia minta dibuatkan jubah yang mewah bagi Yusuf. (b) Ia pernah melaporkan kejahatan saudara-saudaranya (Kejadian 37:2)
Kakak-kakaknya semakin jengkel kepada Yusuf karena ia suka melaporkan kejahatan mereka kepada sang ayah. Lalu bagaimana Yusuf merespon masalah ini? Ada 2 sikap yang diambil Yusuf:
Yang pertama, ia menunjukkan kasih kepada saudara-saudaranya (Kejadian 37:13-17). Ketika disuruh sang ayah untuk mencari kakak-kakaknya yang sedang menggembalakan kambing domba, Yusuf mencari mereka sampai ketemu. Ia bahkan harus tanya kesana-kemari untuk dapat menemukan mereka. Ini menunjukkan bahwa Yusuf sungguh-sungguh mengasihi mereka. Ini sikap yang luar biasa: tetap mengasihi meskipun dibenci!
Kedua, ia tidak membalas perlakuan saudara-saudaranya. Sekalipun dalam beberapa kesempatan kakak-kakaknya berkata kasar kepada Yusuf, tapi Yusuf tetap berkata hormat kepada mereka. Ini menunjukkan kelapangan hati Yusuf yang luar biasa (Roma 12:17).
2. Menghadapi ketidaknyamanan (Kejadian 37:18-20)
Masalah ke dua yang dihadapi Yusuf adalah ketidaknyamanan yang tiba-tiba dialaminya. Dia dimasukkan ke dalam sumur, lalu di jual kepada pedagang Ismail ke Mesir sebagai budak. Lalu bagaimana respon Yusuf?
(a) Ia tetap tenang
Sekalipun menderita Yusuf tidak panik dan putus harapan. Ia tahu hidupnya aman ditangan Tuhan yang mengasihinya! Tetap tenang di tengah keadaan yang tidak nyaman/penderitaan adalah ciri orang beriman!
(b) Ia tidak menyalahkan Tuhan
Yusuf juga tidak mengumpat dan menyalahkan Tuhan atas masalah yang ia hadapi.
Ia tahu ada rencana Tuhan atas apa yang terjadi pada dirinya. Hanya ia belum tahu apa itu rencana Tuhan ke depan atas hidupnya.
3. Menghadapi godaan terus menerus (Kejadian 39:7)
Yusuf menjadi orang kepercayaan Potifar. Tapi masalah kemudian justru datang dari istri potifar. Ia menggoda Yusuf terus menerus! Jadi, bukan hanya sekali, namun berkali-kali. Puncaknya, ketika istri Potifar mengajaknya tidur. Lalu, apa respon Yusuf?
(a) Yusuf tidak mau mendengarkan bujukan istri Potifar (Kejadian 39:10)
Dosa masuk ke dalam hidup kita biasanya melalui indera kita. Bisa melalui mata, sentuhan, atau telinga. Hebatnya Yusuf: ia menutup telinganya terhadap bujuk rayu dosa. Bandingkan dengan Hawa yang justru membuka telinganya untuk ditipu si ular (akhirnya ia jatuh).
(b) Yusuf lari dari godaan dosa (Kejadian 39:12)
Yusuf sadar bahwa ia bukan superman, maka ketka bjuk rayu istri Potifar sudah demikian hebat, ia lari meninggalkannya. Kadang-kadang untuk menghindari dosa kita harus berani lari dari stuasi yang memojokkan!
Contoh: kalau kita kerja di kantor yang curang dan korup, maka jalan keluar terbaik barangkali pindah kerja!
4. Menghadapi tuduhan palsu (Kejadian 39:12-15)
Istri Potifar berang terhadap Yusuf, lalu ia membuat tuduhan palsu bahwa Yusuf mau memperkosanya. Akhirnya Yusuf dimasukan ke dalam penjara. Bagaimana Yusuf merespon masalah ini?
(a) Ia tetap tegar
Sebenarnya sulit tetap tegar ketika seseorang dibatasi kebebasannya (dipenjara).
Bandingkan: banyak koruptor yang tiba-tiba "sakit keras" setelah dinyatakan polisi sebagai terdakwa! Tapi Yusuf memang luar biasa, ia tetap tegar dan tidak menjadi sakit di dalam penjara! Ini menunjukkan bahwa Yusuf memiliki ketahanan mental yang luar biasa!(b) Ia tidak menjadi pahit hati
Sebenarnya ada alasan kuat bagi Yusuf untuk pahit hati, terutama kepada Tuhan. Ia sudah berusaha keras menjaga kekudusan, eh.. malah masuk penjara!
Tapi Yusuf memilih untuk tidak pahit hati. Ia malahan lebih berserah pada Tuhan. Ia tahu tidak ada peristiwa yang terjadi dalam hidupnya tanpa ada rencana Tuhan yang indah di dalamnya!
5. Menghadapi tidak adanya rasa terima kasih (Kejadian 40:4)
Di penjara, Yusuf berbuat kebaikkan dengan cara berhasi menafsirkan mimpi juru minuman dan makanan raja. Dan akhirnya si juru minuman dibebaskan. Namun sayang, setelah keluar penjara, juru minuman raja melupakannya!
Lalu bagaimana Yusuf merespon situasi ini ? Sebenarnya ada 2 pilihan yang bisa diambil Yusuf:
(a) Ngambek dan berhenti berbuat baik
Yusuf bisa berpikir buat apa berbuat baik kalau hanya untuk dilupakan dan tidak diberi terima kasih.
(b) Terus berbuat baik
Ternyata ini yang dipilih Yusuf. Sekalipun dilupakan orang ia tetap terus berbuat baik di penjara. Ia menjadi tawanan teladan. Ia tetap suka menolong orang, entah diberi terimakasih atau tidak!
Terbukti ketika dimintai tolong menafsirkan mimpi Firaun ia tetap mau melakukannya.
6. Menghadapi kekuasan dan tanggung jawab (Kejadian 41:37-45)
Akhirnya Tuhan melepaskan Yusuf dari penjara, setelah ia berhasil menafsirkan mimpi Firaun.
Lalu Yusuf malah dianugerahi kedudukan tinggi di istana Firaun.Menurut seorang penafsir yang diterima Yusuf meliputi:
(1) Yusuf menjadi orang ke dua setelah Firaun (setara dengan perdana mentri)
(2) Ia diberi wewenang untuk mengurusi semua milik Firaun termasuk kekayaan, istana, bahkan kekuasaan Firaun.
(3) Ia diberi Gelar kebangsawanan
(4) Ia diberi kedudukan yang sangat terhormat
(5) Ia diberi/dihadiahi istri oleh Firaun.
Bagaimana Yusuf merespon hal ini ? Kekuasaan bukan hanya anugerah tetapi juga tanggung jawab.
(a) Yusuf melakukan pekerjaannya dengan baik bertanggung jawab (Kejadian 41:46-57
Yusuf bekerja secara excellent. Tugas yang dia emban untuk mengatur Mesir dan menghindarkan Mesir dari bahaya kelaparan berhasil ia laksanakan dengan sempurna!
(b) Yusuf tetap rendah hati
Yusuf tidak takabur dan menjadi besar kepala. Sekalipun kedudukannya sangat tinggi, ia tetap memiliki jiwa hamba, sebagaimana ia tunjukan ketika mengurusi rumah Potifar.
Jadi rupanya Tuhan mempersiapkan Yusuf untuk mengurusi Mesir dengan jalan menjadikannya pengurus rumah Potifar! Ketika kita rendah hati, maka Tuhan akan memberi promosi!
7. Menghadapi kenangan buruk masa lalu (Kejadian 51:50-52)
Yusuf telah menjadi sosok yang terbuang dan disia-siakan oleh kakak-kakaknya. Kini setelah memiliki kekuasaan, ia punya kesempatan untuk membalas dendam.
Bagaimana respon Yusuf dalam hal ini? Ada 2 pilihan yang bisa diambil Yusuf?
(a) Dia memelihara dendam dan membalas dendam
Yusuf bisa menuruti emosinya dan kemudian melampiaskan dendam itu secara total. Ia bisa berprinsip, mata-ganti mata, gigi ganti gigi agar impas.
(b) Dia tidak mendendam dan tidak membalas dendam
Ternyata pilihan ke dua ini yang diambil Yusuf. Ia memilih untuk menyisihkan dendam dan menggantinya dengan pengampunan. Hanya orang yang berjiwa besar yang bisa melakukan hal ini.

Semangat Berkasih Sayang


Shalom,
Mana yang lebih penting menurut Anda: Menyayangi atau Disayangi? Tentunya akan sangat indah bila kita disayangi dengan tulus dan apa adanya, bukan? Namun, menyayangi juga adalah hal yang penting dan merupakan kewajiban. Dengan menyayangi dan bahkan mencintai, kita dapat membagikan "bukti" cinta kasih Allah yang terlebih dahulu mengorbankan Anak-Nya yang tunggal bagi kita para pendosa.
Karena itu, menginjak bulan yang diidentikkan dengan Bulan Kasih Sayang ini, mari bersama-sama membagikan cinta kasih kita. Kepada siapapun itu: keluarga, pasangan, sahabat, bahkan orang yang kita benci sekalipun.
Namun perlu diingat, menyayangi butuh suatu tindakan. Menyayangi hanya dengan ucapan tidak berarti banyak. Jadi, mari kita buat bulan ini sebagai momen kita membagikan kasih Tuhan. Namun tidak hanya berhenti pada bulan ini, sampai bulan-bulan yang akan datang, semangat "valentine" harus selalu hadir dalam hati kita. Selamat berkasih sayang!

 
Design by Wordpress Theme | Bloggerized by Free Blogger Templates | JCPenney Coupons